buat pemanasan tonton dulu video nya disini
3 link di atas video nya beda-beda bro silahkan dipilih. mohon commen kalau ada link mati
Hujan terus turun membuat suasana sore itu terasa nyaman, dari balik kaca terlihat lalu lalang berbagai kendaraan yang telah menyalakan lampu malam mereka menandakan sedikit lagi senja akan berakhir, yah dari atas ruangan berlantai 9 yang adalah kantor sekaligus ruang kerja gue tak terdengar suara apapun selain dera nafas yang saling memburu, kepala gue terasa ringan meski awalnya sempat terasa berat, hampir semua kerjaan gue telah selesai saat mata melihat tumpukan laporan yang tengah berserakan diatas meja, meski ini hari minggu dimana para pekerja meliburkan diri tapi gue seakan tak peduli bagi gue kerjaan gue amatlah penting karena sebagai seorang direktur gue sangat menentukan kualitas pekerja dibawah gue serta keberhasilan perusahaan gue ini. sambil menyandarkan punggung gue duduk melepas penat sambil memandang sekeliling gue sebuah ruangan yang awalnya tertata rapi terlihat berantakan dan ini merupakan pekerjaan terakhir gue untuk merapikannya sebelum gue pulang. Kaki kecil gue ini melangkah menuju sudut ruangan tempat dimana biasanya asisten gue membuatkan minuman teh hangat untuk gue, sambil melangkah gue sedikit tersenyum melihat sekitar gue entah apa yang ada dipikiran gue ini.
Teh hangat itu gue sruput sambil memandangi setiap sudut ruangan hawa dingin menerpa kulit gue yang tak tersilimuti lagi oleh kain alias gue tak berbusana. Owh yah sebelum lebih jauh gue akan memperkenalkan diri, nama gue Tiara (30) gue adalah seorang direktur dari perusahaan yang bergerak dibidang analisis ekonomi,gue sendiri belum lagi bersuami karena trauma dengan kegagalan gue dipernikahan pertama gue, yah gue sendiri juga belum dikaruniai anak oleh sang pencipta karena pernikahan pertama gue tak menghasilkan apa-apa. Bisa dibilang gue adalah janda.
Owh yah pasti kalian penasaran kenapa gue nggak menggunakan sehelai benangpun, oke kalau begitu akan gue ceritakan apa yang telah terjadi beberapa jam sebelumnya.
Gue tersenyum ketika mengingat kejadian sekitar 3 jam yang lalu saat gue sedang asiknya bekerja memandangi laporan keuangan perusahaan gue yang membuat gue sedikit berbangga oleh hasil besar yang kami dapatkan. Gue yang sedang menikmati teh senja itu memandang pintu ruangan gue yang kala itu terbuka setelah ketukan beberapa kali dari luar. Dari balik meja gue mempersilahkan sosok tersebut masuk, ia adalah office boy dikantor gue bernama Tino (24) seorang pemuda yang sudah sekitar 2 tahun bekerja, memang tugasnya adalah setiap hari minggu membersihkan ruangan gue. Tino pemuda itu terlihat sopan masuk kedalam ruangan gue yang sedang berbenah setelah menyelesaikan pekerjaan gue, kala itu hujan mulai turun dengan derasnya. Gue melangkahkan kaki gue berdiri ditempat tino berdiri sambil melihat kearah meja dimana gue berada mengetik beberapa ketikan di komputer gue yang mengharuskan gue memutar kursi sehingga berhadapan dengan tino yang tengah membersihkan beberapa kertas-kertas yang tak terpakai.
‘pantes aja’ kata gue seraya kembali mengingat posisi gue yang kala itu memang tak memperhatikan posisi gue, meja komputer gue tak seperti meja besar disampingnya yang tertutup hingga lantai meja komputer gue hanya sebatas mengalas komputer diatasnya sehingga pasti Tino melihat kedua kaki gue yang entah saat itu terbuka atau tertutup yang pastinya ketika gue sedang serius dengan pekerjaan gue beberapa hal seperti posisi duduk sudah nggak gue perhatikan. Gue menggigit bibir bawah setela merasakan ada hembusan angin menerpa tubuh gue terutama toket gue yang memang berukuran besar ukurannya 36C ,menggantung indah. Saat itu gue teringat posisi gue dimeja komputer yah sebuah kebiasaan lama yaitu saat mengetik tangan gu terasa menghimpit kedua toket gue. Dari posisi ini gue jadi bisa merasakan apa yang telah membuat toni merona wajahnya. Hingga akhirnya sebuah bunyi besar terdengar ditelinga gue kala sebuah furnitur tanah liat yang gue dapatkan dari teman gue dan bernilai tinggi terhempas jatuh hingga terbelah menjadi beberapa bagian membuat gue bangkit dari duduk gue dan menghardik toni dengan bebagai kata makian akbat kelalaiannya dalam bekerja, bukan karena masalah harganya mungkin terjadi karena strees yang gue alami dengan berbagai macam laporan yang telah selesai gue periksa.
Gue berdiri dimana tadi gue berdiri, dilantai yang masih sedikit berserakan oleh pecahan vas bunga tersebut, gue memarahi toni yang terlihat menunduk pasrah dengan amarah gue, tinggi gue hanya 157cm dan tak jauh beda dengan tinggi pemuda didepan gue ini ia terlihat sama kerdilnya dengan gue yang kala itu tak lagi memakai hils. Amarah gue sedikit terhenti ketika toni yang menundukan wajahnya menunjuk kearah lantai dan kaki gue dimana sebuah bercak darah tercetak disana, karena amarah gue sampai-sampai gue nggak merasakan kalau kaki gue terkena serpihan pecahan vas bunga tersebut tergores sedikit dibawah mata kaki kanan gue. Gue langsung terduduk setelah itu baru0 gue merasakan perih akibat tergores sisi fas yang tak sengaja gue lewati itu, toni secepat kilat mengambilkan kotak p3k, gue waktu itu merasakan pusing karena memang gue nggak bisa ngeliat darah dan karena itulah toni membantu membersihkan kaki gue tersebut, gue mencoba kembali duduk disofa tersebut sambil menyilangkan kaki gue melihat sebuah plaster tertempel tepat dibawah mata kaki gue, sambil meletakan teh yang gue seduh punggung gue bersandar disofa membayangkan sejenak apa yang terjadi beberapa jam sebelum itu.
Gue memejamkan mata tak terasa tangan gue meremas toket gue yang memang sudah menggantung dan mulai mengeras. Tony kembali membasuh kaki gue dengan alkohol sehingga gue sedikit meringis, namun dengna cekatan tony membuat kaki gue yang terluka itu terbalut plaster sehingga menghentikan pendarahannya. Kaki gue disentuh tony entah mungkin ia merasakan kehalusan kulit gue yang selalu gue jaga dengan rutin kesalon. Sehingga tangan itu terasa terus menjalar hingga kearah betis gue, gue yang sadar ada yang aneh langsung mengarahkan pandangan ke toni yang ketika itu langsung beranjak dari bawah kemudian menindih gue yang berada diatas sofa, gue yang kaget berusaha melawan, meski tubuh gue dan dia sama-sama kecil tapi kekuatan lelaki benar2 kuat.
‘heiii.. lepasin saya... ngapain kamu... lepasss’ kata gue yang berusha meronta-ronta.
Namun toni tak bergeming ia bahkan mulai menindih gue yang telah jatuh kesamping sofa panjang, gue sudah terlentang sementara toni sudah berada diatas tubuh gue, niat toni sudah sangat bulat sehingga gue dengna sebisa mungkin mempertahankan tubuh gue hingga terjadi pergulatan yang cukup panjang membuat gue lelah menahan tangan toni yang mulai menjamah tubuh gue, tubuh bagian bawah gue ditindih toni dengan menduduki paha gue sehingga kaki gue tak bisa lagi bergerak kedua tangan gue sudah dibuatnya terdiam dengan menekan dengan salah satu tangannya, posisi nya diatas kepala gue sehingga bagian dada gue terbuka tanpa perlindungan. Telapak tangan toni langsung meraba-raba dada gue yang bluesnya sudah terbuka dan hanya menampilkan tanktop gue.
‘jangan ton, saya ini bos kamu..’ kata gue yang memelas agar toni melepas gue namun ia seperti tak bergeming tangannya malah semakin semangat mengerayangi tubuh gue, seakan teriakan gue tak membuatnya takut sebab memang tak ada lagi orang di kantor gue ini di tambah lagi hujan mengguyur dengan derasnya. Tangan toni dengan nakalnya mengangkat baju yang gue kenakan sehingga kini ia bisa melihat bra berwarna putih menutupi toket gue. Bra tersebut tergeletak di bawah lantai saat mata gue melihatnya gue menjadi ingat ketika dengan beringasnya toni mencoba membuka kaitan bra yang berada dibelakang tubuh gue, kedua tangnanya ia gunakan untuk membuka bra gue dan berhasil namun itu juga membuat kedua tangan gue terlepas sehingga gue berhasil mendorong tubuhnya dengan sekali dorongan yang memang gue pusatkan ke arah dadanya membuat ia terjungkal dan jatuh dilantai, saat itu terjadi tubuh gue terbebas namun gue seakan binggung sesudah itu sehingga gue bangkit namun berlari kearah meja gue bukannya ke arah pintu. Baru saja gue ingin membalikan badan gue, toni sudah berada dibelakang gue sehingga ia mendorong tubuh gue dan sebagian tubuh atas gue terjatuh di atas meja, tangan gue mencoba menahan tekanan di punggung gue namun percuma saja tekanan itu terasa sangat kuat, ditambah lagi tubuh toni menindih gue dari belakang.
‘sudah ibu pasrah saja, sudah tak ada lagi yang bisa dilakuin’ kata toni untuk pertama kalinya mengancam gue. Benar saja beberapa saat kemudian tony menaikan rok gue hingga keatas pinggang setelah itu dengan sekali tarikan ia menarik celana dalam gue, kejadian itu sangat cepat dan karena tekanan di atas tubuh gue, gue nggak sempat mengelak dan langsung saja gue merasakan sebuah benda tumpul berusaha memasuki memek gue dan ‘blessss’ masuklah benda tersebut kedalam memek gue. Sudah lebih dari 3 tahun gue nggak merasakan desakan kontol dimemek gue setelah pernikahan gue bubar, memang banyak lelaki yang mendekati gue tapi semuanya kabur setelah tahu sifat gue yang suka marah-marah tanpa sebab, yah mungkin karena tekanan pekerjaan sehingga gue gampang sekali marah. Dan biasanya untuk meredam nafsu gue, biasanya gue melakukan masturbasi disaat pagi hari.
‘ahhhh’ jerit gue saat memek gue yang masih kering itu dimasuki benda tumpul yang gue tahu adalah kontol si toni. Gue ngak munafik sebelum pernikhan pertama gue memang gue sudah merasakan kehangatan kejantanan pria lainnya dari seluruh kehangatan tersebut yang sekarang memasuki liang senggama gue ini terasa berbeda. Dan benar saja ketika toni mulai memainkan pinggulnya maju mundur gue mulai mengetahui keanehan yang gue rasakan bukan karena ukurannya yang besar karena biasa saja menurut gue tapi gue merasa tarikan toni dan desakannya membuat jarak yang cukup besar antara bokong gue dengan selangkangannya, dan benar saja ukuran kontol toni tak biasa ia memiliki kontol yang panjang namun diameternya seperti diameter kontol lelaki indonesia.
Tangan gue berusaha menutup mulut gue agar tak bersuara karena memang gue mulai sedikit merintih dengan goyangan toni, apa lagi sudah 3 tahun gue tak merasakan sensasi seperti ini. Sementara gue berusaha menahan suara gue tangan toni mulai merangkul gue dari belakang dan mulai ia mencari toket gue yang tertindih tubuh gue diatas meja kerja gue. Tubuh gue terus berguncang akibat hentakan-hentakan selangkangan toni yang tak berhenti. Membayangkan kejadian tersebut gue yang duduk bersandar disofa tersebut tanpa sadar telah menaikan kaki gue di atas sofa seperti huruf M tangan gue bukan saja meremas toket gue melainkan juga memainkan memek gue kembali yang tengah becek seperti kala kontol toni menghentak-hentak memek gue.
Memek gue yang mulai mengeluarkan cairannya disadari oleh toni yang mulai santai mengoyangkan pinggulnya tak seperti saat pertama hentakannya mulai terkontrol dan juga mulai perlahan-lahan.
‘mhhh gimana bu Tiara ? enak bukan’ kata toni.
’tolong kamu hentikan, saya berjanji takakan bercerita asalkan kamu hentikan kegilaan ini’
’hahaha, maaf bu tiara bukannya saya nggak percaya sama ibu, tapi menghentikan semua ini sungguh hal yang bodoh, saya yakin impian semua lelaki adalah bisa berhubungan seks dengan bu tiara, dengan tubuh seksi ini ibu sudah menggoda saya dan maaf saya harus meneruskannya’ kata toni seolah menertawai permintaan gue.
’kamu nggak akan lolos’ kata gue mencoba mengancamnya setelah dengna cara baik-baik ia tak menghiraukan gue.
’yah saya tahu itu, makanya setelah ini saya akan resign dari sini dan keberadaan saya tak mungkin diketahui oleh anda’
Sungguh suatu hal yang sia-sia berbicara dengna manusia yang tengah dikuasai oleh nafsu, karena yang dilakukan toni adalah terus menggenjot gue yang kemudian mulai merasakan sebuah aliran dan tekanan yang cukup besar berusaha keluar dari dalam tubuh gue, dengan sekuat tenaga gue berusaha menahan aliran tersebut yang gue tahu adalah aliran orgasme gue yang sedang menyelimuti tubuh gue ini.
‘ahhhhhhhhhhrrrrrrrggggggggghhh’ sebuah teriakan orgasme panjang tak bisa gue tahan ketika tubuh gue bergetar hebat, seperti mengerti dengan keadaan gue toni menghentakan kontolnya dalam-dalam dimemek gue membuat gue merasa sempurna dengan orgasme gue ini, tubuh gue menegang beberapa saat saat otot gue bersitegang menanggapi orgasme yang tak biasa ini. Setelah itu gue merasakan tubuh gue melemas sehingga untuk berdiri saja gue hampir tak bisa, sedangkan toni kemudian menarik kontolnya dari memek gue, gue kembali tak bisa bereaksi ketika wajah toni terasa tepat dibelakang bokong gue, tangannya membuka belahan bokong gue dan gue merasakan desakan disana dimana wakahnya masuk dan lidahnya berusaha mencapai bibir memek gue yang akhirnya terasa jilatan serta hisapannya disana, becek yang gue rasakan serasa mulai mengering karena hisapan toni di memek gue tersebut, setelah itu toni berusha menarik gue dari mendekati tubuhnya hanya saja gue terlalu lemas untuk mengikutinya dan akhirnya toni dengan tenaganya membawa gue menuju sofa di depan meja gue bahkan ia harus menuntun gue kesana karena kaki gue yang tak sanggup untuk melangkah, penglihatan gue yang samar-samar mulai membaik ketika gue melihat toni membuka celana panjangnya tersebut sementara gue terlentang di sofa putih, toni sudah siap saat ia kembali membuka seluruh atasan gue sehingga yang tersisa hanyalah rok gue yang sudah dinaikan kepinggul gue, saking lemasnya gue nggak bisa bereaksi saat ia mengeluarkan baju dan juga bra dari lengan gue.
‘shhhhhttt’ gue kembali mendesah saat toni kembali memasukan kontolnya dalam memek gue setelah kaki gue dikangkanginya, wajah gue memerah entah karena marah, takut dan malu menjadi satu sehingga gue menutupi wajah gue dikala toni terus menggenjot gue dalam posisi tersebut. Telapak tangan toni menangkap toket gue yang bergerak tak berarah akibat genjotannya sambil diremas puting toket gue dipelintirnya sementara tangan gue terus menutupi wajah gue yang tak tahan ditatap oleh toni. Tak berapa lama gue mulai merasakan tekanan tubuh toni makin menekan kearah gue dan benar saja toni sekarang berusaha mencari keberadaan puting gue dan tka berapa lama ia berhasil juga mengenyot puting gue, secara bergantian kiri dan kanan ia berusaha menjilati dan mengigit halus puting gue, sungguh sangat luar biasa sensasi yang gue rasakan bukan saja pinggulnya yang terus bergerak tapi bibirnya terus memainkan puting gue. Masih dalam posisi ini tiba-tiba hp toni berdering awalnya diabaikannya hingga beberapa kali namun akhirnya ia mengangkatnya dan menghentikan menggenjot gue, dia berbicara dalam Bahasa daerahnya kira-kira selama 2 menit dan membiarkan gue terbaring masih dalam keadaan menutup wajah, entah apa yang dibicarakannya namun dalam keadaan ini bukannya gue mengambil kesempatan melarikan diri dari pemerkosaan yang gue alami malah gue seperti menunggunya bahkan saking lama ia berbicara gue sedikit mengarahkan pandangan kearah perut gue tepatnya kea rah selangkangan milik toni dan memperhatikan benda tumpul yang terletak begitu saja diatas perut gue, yah kontol toni yang baru kali ini gue lihat dengan mata kepala gue setelah selama ini hanya bias merasakannya saja di memek gue memiliki ukuran seperti yang gue bayangkan, panjang berwarna hitam legam terlihat sangat kontras dengan kulit gue yang putih bersih, kepalanya berwarna merah dan sedikit berlendir yang berasal dari dalam memek gue. Entah mengapa gue kembali merinding dikala toni yang telah selesai dengan pembicaraannya kembali meletakan HPnya kemudian ia kembali menggenggam kontolnya sedangkan gue kembali menutup wajah gue dengan telapak tangan gue dan.
‘awwwhhh’ desahan kecil gue ketika benda tumpul tersebut kembali memasuki lubang kenikmatan gue.
‘plak..plak..plak..plak..’ bunyi peraduan antara selangkangan toni dengan gue seakan toni mengambil tempo cepat tak seperti tadi ia sekarang begitu kesetanan goyangannya hampir sama seperti pertama kali menggenjot gue, namun kali ini lebih brutal, tubuh gue ikut berkuncang akibat perbuatannya ini dan semakin banyak lendir yang keluar dan membasahi kontolnya. Untungnya kontolnya cukup panjang sehingga tak perlu bersusah payah memasukannya kembali. Keadaaan ini tentunya berefek ke gue yang setengah mendesah karena masih berusaha menahan desahan dimulut gue.
‘mmmmmmhhhhhpppppttt’ desah gue panjang setengah tertutup mulut gue, karena gue sudah nggak sanggup lagi menahan aliran orgasme kedua gue kala itu. Tubuh gue bergetar seperti awal gue mengalami orgasme namun kali ini yang berbeda adalah toni terus menggenjot gue tanpa memberi kesempatan gue seperti yang ia lakukan diawal tadi walaupun kedua kaki gue sudah melingkari tubuhnya tersebut. Memang orgasme yang gue alami ini sedikit berbeda selain toni yang terus menggenjot gue, tubuh gue bergetar menjadi lebih lama sehingga otot-otot gue menegang membuat pinggul gue sempat terangkat beberapa kali. Tubuh gue masih saja bergoncang akibat perbuatan toni yang secara tiba-tiba mengerang.
‘arrrrrgggggghhh’ erang terdengar memenuhi ruangan, bertepatan dengan itu toni menarik keluar kontolnya dan terasa dikulit gue semprotan hangat dari cairan kental milik toni, yah toni melepas pejunya diatas tubuh gue, beberapa cipratan mengenai toket gue. Setelah itu toni dengan cepatnya bergegas memakai celananya yang sempat ditanggalkannya dan secepat itu juga ia meninggalkan gue yang masih terbaring disofa dipenuhi peju milik toni. Tubuh gue masih lemas dengna kaki-kaki yang masih lemas juga sehingga dengan malas gue mengambil tisu diatas meja dekat sofa tersebut dan menyeka cairan kental disebagian tubuh gue hasil perbuatan toni.
Sesaat gue merasa marah dan malu karena telah diperkosa bawahan gue sendiri, tapi gue tak menampik kalau gue merasakan kepuasan yang selama ini tak gue rasakan seperti sebuah kekososongan yang tengah diisi kembali, gue akhirnya tertidur karena kecapean dari aktifitas gue sore itu…
‘mhhh’ erang gue saat merasakan rangsangan di memek gue sendiri oleh jemari gue. Mata gue yang terpejam kembali terbuka dan terbelalak saat didepan gue berdiri seseorang yang…..
Bersambung ke part 2
Hujan terus turun membuat suasana sore itu terasa nyaman, dari balik kaca terlihat lalu lalang berbagai kendaraan yang telah menyalakan lampu malam mereka menandakan sedikit lagi senja akan berakhir, yah dari atas ruangan berlantai 9 yang adalah kantor sekaligus ruang kerja gue tak terdengar suara apapun selain dera nafas yang saling memburu, kepala gue terasa ringan meski awalnya sempat terasa berat, hampir semua kerjaan gue telah selesai saat mata melihat tumpukan laporan yang tengah berserakan diatas meja, meski ini hari minggu dimana para pekerja meliburkan diri tapi gue seakan tak peduli bagi gue kerjaan gue amatlah penting karena sebagai seorang direktur gue sangat menentukan kualitas pekerja dibawah gue serta keberhasilan perusahaan gue ini. sambil menyandarkan punggung gue duduk melepas penat sambil memandang sekeliling gue sebuah ruangan yang awalnya tertata rapi terlihat berantakan dan ini merupakan pekerjaan terakhir gue untuk merapikannya sebelum gue pulang. Kaki kecil gue ini melangkah menuju sudut ruangan tempat dimana biasanya asisten gue membuatkan minuman teh hangat untuk gue, sambil melangkah gue sedikit tersenyum melihat sekitar gue entah apa yang ada dipikiran gue ini.
Teh hangat itu gue sruput sambil memandangi setiap sudut ruangan hawa dingin menerpa kulit gue yang tak tersilimuti lagi oleh kain alias gue tak berbusana. Owh yah sebelum lebih jauh gue akan memperkenalkan diri, nama gue Tiara (30) gue adalah seorang direktur dari perusahaan yang bergerak dibidang analisis ekonomi,gue sendiri belum lagi bersuami karena trauma dengan kegagalan gue dipernikahan pertama gue, yah gue sendiri juga belum dikaruniai anak oleh sang pencipta karena pernikahan pertama gue tak menghasilkan apa-apa. Bisa dibilang gue adalah janda.
Owh yah pasti kalian penasaran kenapa gue nggak menggunakan sehelai benangpun, oke kalau begitu akan gue ceritakan apa yang telah terjadi beberapa jam sebelumnya.
Gue tersenyum ketika mengingat kejadian sekitar 3 jam yang lalu saat gue sedang asiknya bekerja memandangi laporan keuangan perusahaan gue yang membuat gue sedikit berbangga oleh hasil besar yang kami dapatkan. Gue yang sedang menikmati teh senja itu memandang pintu ruangan gue yang kala itu terbuka setelah ketukan beberapa kali dari luar. Dari balik meja gue mempersilahkan sosok tersebut masuk, ia adalah office boy dikantor gue bernama Tino (24) seorang pemuda yang sudah sekitar 2 tahun bekerja, memang tugasnya adalah setiap hari minggu membersihkan ruangan gue. Tino pemuda itu terlihat sopan masuk kedalam ruangan gue yang sedang berbenah setelah menyelesaikan pekerjaan gue, kala itu hujan mulai turun dengan derasnya. Gue melangkahkan kaki gue berdiri ditempat tino berdiri sambil melihat kearah meja dimana gue berada mengetik beberapa ketikan di komputer gue yang mengharuskan gue memutar kursi sehingga berhadapan dengan tino yang tengah membersihkan beberapa kertas-kertas yang tak terpakai.
‘pantes aja’ kata gue seraya kembali mengingat posisi gue yang kala itu memang tak memperhatikan posisi gue, meja komputer gue tak seperti meja besar disampingnya yang tertutup hingga lantai meja komputer gue hanya sebatas mengalas komputer diatasnya sehingga pasti Tino melihat kedua kaki gue yang entah saat itu terbuka atau tertutup yang pastinya ketika gue sedang serius dengan pekerjaan gue beberapa hal seperti posisi duduk sudah nggak gue perhatikan. Gue menggigit bibir bawah setela merasakan ada hembusan angin menerpa tubuh gue terutama toket gue yang memang berukuran besar ukurannya 36C ,menggantung indah. Saat itu gue teringat posisi gue dimeja komputer yah sebuah kebiasaan lama yaitu saat mengetik tangan gu terasa menghimpit kedua toket gue. Dari posisi ini gue jadi bisa merasakan apa yang telah membuat toni merona wajahnya. Hingga akhirnya sebuah bunyi besar terdengar ditelinga gue kala sebuah furnitur tanah liat yang gue dapatkan dari teman gue dan bernilai tinggi terhempas jatuh hingga terbelah menjadi beberapa bagian membuat gue bangkit dari duduk gue dan menghardik toni dengan bebagai kata makian akbat kelalaiannya dalam bekerja, bukan karena masalah harganya mungkin terjadi karena strees yang gue alami dengan berbagai macam laporan yang telah selesai gue periksa.
Gue berdiri dimana tadi gue berdiri, dilantai yang masih sedikit berserakan oleh pecahan vas bunga tersebut, gue memarahi toni yang terlihat menunduk pasrah dengan amarah gue, tinggi gue hanya 157cm dan tak jauh beda dengan tinggi pemuda didepan gue ini ia terlihat sama kerdilnya dengan gue yang kala itu tak lagi memakai hils. Amarah gue sedikit terhenti ketika toni yang menundukan wajahnya menunjuk kearah lantai dan kaki gue dimana sebuah bercak darah tercetak disana, karena amarah gue sampai-sampai gue nggak merasakan kalau kaki gue terkena serpihan pecahan vas bunga tersebut tergores sedikit dibawah mata kaki kanan gue. Gue langsung terduduk setelah itu baru0 gue merasakan perih akibat tergores sisi fas yang tak sengaja gue lewati itu, toni secepat kilat mengambilkan kotak p3k, gue waktu itu merasakan pusing karena memang gue nggak bisa ngeliat darah dan karena itulah toni membantu membersihkan kaki gue tersebut, gue mencoba kembali duduk disofa tersebut sambil menyilangkan kaki gue melihat sebuah plaster tertempel tepat dibawah mata kaki gue, sambil meletakan teh yang gue seduh punggung gue bersandar disofa membayangkan sejenak apa yang terjadi beberapa jam sebelum itu.
Gue memejamkan mata tak terasa tangan gue meremas toket gue yang memang sudah menggantung dan mulai mengeras. Tony kembali membasuh kaki gue dengan alkohol sehingga gue sedikit meringis, namun dengna cekatan tony membuat kaki gue yang terluka itu terbalut plaster sehingga menghentikan pendarahannya. Kaki gue disentuh tony entah mungkin ia merasakan kehalusan kulit gue yang selalu gue jaga dengan rutin kesalon. Sehingga tangan itu terasa terus menjalar hingga kearah betis gue, gue yang sadar ada yang aneh langsung mengarahkan pandangan ke toni yang ketika itu langsung beranjak dari bawah kemudian menindih gue yang berada diatas sofa, gue yang kaget berusaha melawan, meski tubuh gue dan dia sama-sama kecil tapi kekuatan lelaki benar2 kuat.
‘heiii.. lepasin saya... ngapain kamu... lepasss’ kata gue yang berusha meronta-ronta.
Namun toni tak bergeming ia bahkan mulai menindih gue yang telah jatuh kesamping sofa panjang, gue sudah terlentang sementara toni sudah berada diatas tubuh gue, niat toni sudah sangat bulat sehingga gue dengna sebisa mungkin mempertahankan tubuh gue hingga terjadi pergulatan yang cukup panjang membuat gue lelah menahan tangan toni yang mulai menjamah tubuh gue, tubuh bagian bawah gue ditindih toni dengan menduduki paha gue sehingga kaki gue tak bisa lagi bergerak kedua tangan gue sudah dibuatnya terdiam dengan menekan dengan salah satu tangannya, posisi nya diatas kepala gue sehingga bagian dada gue terbuka tanpa perlindungan. Telapak tangan toni langsung meraba-raba dada gue yang bluesnya sudah terbuka dan hanya menampilkan tanktop gue.
‘jangan ton, saya ini bos kamu..’ kata gue yang memelas agar toni melepas gue namun ia seperti tak bergeming tangannya malah semakin semangat mengerayangi tubuh gue, seakan teriakan gue tak membuatnya takut sebab memang tak ada lagi orang di kantor gue ini di tambah lagi hujan mengguyur dengan derasnya. Tangan toni dengan nakalnya mengangkat baju yang gue kenakan sehingga kini ia bisa melihat bra berwarna putih menutupi toket gue. Bra tersebut tergeletak di bawah lantai saat mata gue melihatnya gue menjadi ingat ketika dengan beringasnya toni mencoba membuka kaitan bra yang berada dibelakang tubuh gue, kedua tangnanya ia gunakan untuk membuka bra gue dan berhasil namun itu juga membuat kedua tangan gue terlepas sehingga gue berhasil mendorong tubuhnya dengan sekali dorongan yang memang gue pusatkan ke arah dadanya membuat ia terjungkal dan jatuh dilantai, saat itu terjadi tubuh gue terbebas namun gue seakan binggung sesudah itu sehingga gue bangkit namun berlari kearah meja gue bukannya ke arah pintu. Baru saja gue ingin membalikan badan gue, toni sudah berada dibelakang gue sehingga ia mendorong tubuh gue dan sebagian tubuh atas gue terjatuh di atas meja, tangan gue mencoba menahan tekanan di punggung gue namun percuma saja tekanan itu terasa sangat kuat, ditambah lagi tubuh toni menindih gue dari belakang.
‘sudah ibu pasrah saja, sudah tak ada lagi yang bisa dilakuin’ kata toni untuk pertama kalinya mengancam gue. Benar saja beberapa saat kemudian tony menaikan rok gue hingga keatas pinggang setelah itu dengan sekali tarikan ia menarik celana dalam gue, kejadian itu sangat cepat dan karena tekanan di atas tubuh gue, gue nggak sempat mengelak dan langsung saja gue merasakan sebuah benda tumpul berusaha memasuki memek gue dan ‘blessss’ masuklah benda tersebut kedalam memek gue. Sudah lebih dari 3 tahun gue nggak merasakan desakan kontol dimemek gue setelah pernikahan gue bubar, memang banyak lelaki yang mendekati gue tapi semuanya kabur setelah tahu sifat gue yang suka marah-marah tanpa sebab, yah mungkin karena tekanan pekerjaan sehingga gue gampang sekali marah. Dan biasanya untuk meredam nafsu gue, biasanya gue melakukan masturbasi disaat pagi hari.
‘ahhhh’ jerit gue saat memek gue yang masih kering itu dimasuki benda tumpul yang gue tahu adalah kontol si toni. Gue ngak munafik sebelum pernikhan pertama gue memang gue sudah merasakan kehangatan kejantanan pria lainnya dari seluruh kehangatan tersebut yang sekarang memasuki liang senggama gue ini terasa berbeda. Dan benar saja ketika toni mulai memainkan pinggulnya maju mundur gue mulai mengetahui keanehan yang gue rasakan bukan karena ukurannya yang besar karena biasa saja menurut gue tapi gue merasa tarikan toni dan desakannya membuat jarak yang cukup besar antara bokong gue dengan selangkangannya, dan benar saja ukuran kontol toni tak biasa ia memiliki kontol yang panjang namun diameternya seperti diameter kontol lelaki indonesia.
Tangan gue berusaha menutup mulut gue agar tak bersuara karena memang gue mulai sedikit merintih dengan goyangan toni, apa lagi sudah 3 tahun gue tak merasakan sensasi seperti ini. Sementara gue berusaha menahan suara gue tangan toni mulai merangkul gue dari belakang dan mulai ia mencari toket gue yang tertindih tubuh gue diatas meja kerja gue. Tubuh gue terus berguncang akibat hentakan-hentakan selangkangan toni yang tak berhenti. Membayangkan kejadian tersebut gue yang duduk bersandar disofa tersebut tanpa sadar telah menaikan kaki gue di atas sofa seperti huruf M tangan gue bukan saja meremas toket gue melainkan juga memainkan memek gue kembali yang tengah becek seperti kala kontol toni menghentak-hentak memek gue.
Memek gue yang mulai mengeluarkan cairannya disadari oleh toni yang mulai santai mengoyangkan pinggulnya tak seperti saat pertama hentakannya mulai terkontrol dan juga mulai perlahan-lahan.
‘mhhh gimana bu Tiara ? enak bukan’ kata toni.
’tolong kamu hentikan, saya berjanji takakan bercerita asalkan kamu hentikan kegilaan ini’
’hahaha, maaf bu tiara bukannya saya nggak percaya sama ibu, tapi menghentikan semua ini sungguh hal yang bodoh, saya yakin impian semua lelaki adalah bisa berhubungan seks dengan bu tiara, dengan tubuh seksi ini ibu sudah menggoda saya dan maaf saya harus meneruskannya’ kata toni seolah menertawai permintaan gue.
’kamu nggak akan lolos’ kata gue mencoba mengancamnya setelah dengna cara baik-baik ia tak menghiraukan gue.
’yah saya tahu itu, makanya setelah ini saya akan resign dari sini dan keberadaan saya tak mungkin diketahui oleh anda’
Sungguh suatu hal yang sia-sia berbicara dengna manusia yang tengah dikuasai oleh nafsu, karena yang dilakukan toni adalah terus menggenjot gue yang kemudian mulai merasakan sebuah aliran dan tekanan yang cukup besar berusaha keluar dari dalam tubuh gue, dengan sekuat tenaga gue berusaha menahan aliran tersebut yang gue tahu adalah aliran orgasme gue yang sedang menyelimuti tubuh gue ini.
‘ahhhhhhhhhhrrrrrrrggggggggghhh’ sebuah teriakan orgasme panjang tak bisa gue tahan ketika tubuh gue bergetar hebat, seperti mengerti dengan keadaan gue toni menghentakan kontolnya dalam-dalam dimemek gue membuat gue merasa sempurna dengan orgasme gue ini, tubuh gue menegang beberapa saat saat otot gue bersitegang menanggapi orgasme yang tak biasa ini. Setelah itu gue merasakan tubuh gue melemas sehingga untuk berdiri saja gue hampir tak bisa, sedangkan toni kemudian menarik kontolnya dari memek gue, gue kembali tak bisa bereaksi ketika wajah toni terasa tepat dibelakang bokong gue, tangannya membuka belahan bokong gue dan gue merasakan desakan disana dimana wakahnya masuk dan lidahnya berusaha mencapai bibir memek gue yang akhirnya terasa jilatan serta hisapannya disana, becek yang gue rasakan serasa mulai mengering karena hisapan toni di memek gue tersebut, setelah itu toni berusha menarik gue dari mendekati tubuhnya hanya saja gue terlalu lemas untuk mengikutinya dan akhirnya toni dengan tenaganya membawa gue menuju sofa di depan meja gue bahkan ia harus menuntun gue kesana karena kaki gue yang tak sanggup untuk melangkah, penglihatan gue yang samar-samar mulai membaik ketika gue melihat toni membuka celana panjangnya tersebut sementara gue terlentang di sofa putih, toni sudah siap saat ia kembali membuka seluruh atasan gue sehingga yang tersisa hanyalah rok gue yang sudah dinaikan kepinggul gue, saking lemasnya gue nggak bisa bereaksi saat ia mengeluarkan baju dan juga bra dari lengan gue.
‘shhhhhttt’ gue kembali mendesah saat toni kembali memasukan kontolnya dalam memek gue setelah kaki gue dikangkanginya, wajah gue memerah entah karena marah, takut dan malu menjadi satu sehingga gue menutupi wajah gue dikala toni terus menggenjot gue dalam posisi tersebut. Telapak tangan toni menangkap toket gue yang bergerak tak berarah akibat genjotannya sambil diremas puting toket gue dipelintirnya sementara tangan gue terus menutupi wajah gue yang tak tahan ditatap oleh toni. Tak berapa lama gue mulai merasakan tekanan tubuh toni makin menekan kearah gue dan benar saja toni sekarang berusaha mencari keberadaan puting gue dan tka berapa lama ia berhasil juga mengenyot puting gue, secara bergantian kiri dan kanan ia berusaha menjilati dan mengigit halus puting gue, sungguh sangat luar biasa sensasi yang gue rasakan bukan saja pinggulnya yang terus bergerak tapi bibirnya terus memainkan puting gue. Masih dalam posisi ini tiba-tiba hp toni berdering awalnya diabaikannya hingga beberapa kali namun akhirnya ia mengangkatnya dan menghentikan menggenjot gue, dia berbicara dalam Bahasa daerahnya kira-kira selama 2 menit dan membiarkan gue terbaring masih dalam keadaan menutup wajah, entah apa yang dibicarakannya namun dalam keadaan ini bukannya gue mengambil kesempatan melarikan diri dari pemerkosaan yang gue alami malah gue seperti menunggunya bahkan saking lama ia berbicara gue sedikit mengarahkan pandangan kearah perut gue tepatnya kea rah selangkangan milik toni dan memperhatikan benda tumpul yang terletak begitu saja diatas perut gue, yah kontol toni yang baru kali ini gue lihat dengan mata kepala gue setelah selama ini hanya bias merasakannya saja di memek gue memiliki ukuran seperti yang gue bayangkan, panjang berwarna hitam legam terlihat sangat kontras dengan kulit gue yang putih bersih, kepalanya berwarna merah dan sedikit berlendir yang berasal dari dalam memek gue. Entah mengapa gue kembali merinding dikala toni yang telah selesai dengan pembicaraannya kembali meletakan HPnya kemudian ia kembali menggenggam kontolnya sedangkan gue kembali menutup wajah gue dengan telapak tangan gue dan.
‘awwwhhh’ desahan kecil gue ketika benda tumpul tersebut kembali memasuki lubang kenikmatan gue.
‘plak..plak..plak..plak..’ bunyi peraduan antara selangkangan toni dengan gue seakan toni mengambil tempo cepat tak seperti tadi ia sekarang begitu kesetanan goyangannya hampir sama seperti pertama kali menggenjot gue, namun kali ini lebih brutal, tubuh gue ikut berkuncang akibat perbuatannya ini dan semakin banyak lendir yang keluar dan membasahi kontolnya. Untungnya kontolnya cukup panjang sehingga tak perlu bersusah payah memasukannya kembali. Keadaaan ini tentunya berefek ke gue yang setengah mendesah karena masih berusaha menahan desahan dimulut gue.
‘mmmmmmhhhhhpppppttt’ desah gue panjang setengah tertutup mulut gue, karena gue sudah nggak sanggup lagi menahan aliran orgasme kedua gue kala itu. Tubuh gue bergetar seperti awal gue mengalami orgasme namun kali ini yang berbeda adalah toni terus menggenjot gue tanpa memberi kesempatan gue seperti yang ia lakukan diawal tadi walaupun kedua kaki gue sudah melingkari tubuhnya tersebut. Memang orgasme yang gue alami ini sedikit berbeda selain toni yang terus menggenjot gue, tubuh gue bergetar menjadi lebih lama sehingga otot-otot gue menegang membuat pinggul gue sempat terangkat beberapa kali. Tubuh gue masih saja bergoncang akibat perbuatan toni yang secara tiba-tiba mengerang.
‘arrrrrgggggghhh’ erang terdengar memenuhi ruangan, bertepatan dengan itu toni menarik keluar kontolnya dan terasa dikulit gue semprotan hangat dari cairan kental milik toni, yah toni melepas pejunya diatas tubuh gue, beberapa cipratan mengenai toket gue. Setelah itu toni dengan cepatnya bergegas memakai celananya yang sempat ditanggalkannya dan secepat itu juga ia meninggalkan gue yang masih terbaring disofa dipenuhi peju milik toni. Tubuh gue masih lemas dengna kaki-kaki yang masih lemas juga sehingga dengan malas gue mengambil tisu diatas meja dekat sofa tersebut dan menyeka cairan kental disebagian tubuh gue hasil perbuatan toni.
Sesaat gue merasa marah dan malu karena telah diperkosa bawahan gue sendiri, tapi gue tak menampik kalau gue merasakan kepuasan yang selama ini tak gue rasakan seperti sebuah kekososongan yang tengah diisi kembali, gue akhirnya tertidur karena kecapean dari aktifitas gue sore itu…
‘mhhh’ erang gue saat merasakan rangsangan di memek gue sendiri oleh jemari gue. Mata gue yang terpejam kembali terbuka dan terbelalak saat didepan gue berdiri seseorang yang…..

